Bukan Kata Tanpa Makna Berdaya dan Berguna Adalah Harapan Nyata

Bukan Suku Tapi Pejuang Samin

Rabu, 12 November 20140 komentar

Bertempat di kabupaten Bojonegoro bagian barat daya yang berbatasan dengan kabupaten ngawi terdapat masyarakat yang memiliki ajaran Saminisme, ajaran ini didasari oleh kejujuran dari hati manusianya. Masyarakat ini tinggal di dusun jipang desa hargomulyo Kecamatan Margomulyo salah satunya adalah Mbah Harjo Kardi, Beliau adalah keturunan ke-4 Ki Samin Surosentiko.

Menurut Mbah Harjo Kardi masyarakat samin bukanlah kelompok atau suku seperti apa yang di bilang kebanyakan orang mereka sama dengan kita masyarakat biasa yang masih menjunjung tinggi nilai kejujuran karena mereka adalah pejuang samin bukan suku samin. Di dalam ajaran saminisme masa penjajah masyarakat Samin tidak ada istilah untuk membantu Pemerintah Belanda seperti menolak membayar pajak, tidak mau kerja sama, tidak mau menjual apalagi memberi hasil bumi kepada Pemerintah Belanda.

Wong Sikep adalah sebutan bagi masyarakat Samin selama ini, mereka mengajarkan agar jangan pernah menyakiti orang lain, kalau tidak ingin disakiti. harus saling hormat-menghormati sesama manusia di dunia, dan jangan pernah mengambil apapun yang bukan haknya. Juga, beberapa ajaran lain yang mengikat masyarakat agar tidak berbuat kejahatan. 

“Menurut perjanjian manusia adalah pesuruh Tuhan di dunia untuk menambah keindahan jagad raya. Dalam hubungan ini, manusia harus menyadari bahwa mereka hanyalah sekedar melaksanakan perintah. Oleh karena itu apabila manusia mengalami kebahagiaan dan kecelakaan, sedih   dan gembira, sehat dan sakit, semuanya harus diterima tanpa keluhan, sebab manusia terikat dengan perjanjian. Yang terpenting adalah manusia hidup di dunia ini harus mematuhi hukum Tuhan, yaitu memahami pada asal-usul masing-masing” .

Mbah Harjo Kardi dalam menjalani hidup beliau mempunyai empat pedoman yaitu: merah, hitam, kuning dan putih, yang dapat dipecah menjadi delapan yaitu panggada baik dan jelek, pangrasa baik dan jelek, pangrungon baik dan jelek, dan pangawas baik dan jelek. Putih untuk dasar, hitam untuk kesenangan (senang), kuning untuk pedoman tingkah laku, dan merah untuk sandang pangan (angkara murka). Maka dari itu, manusia harus waspada kalau senang jangan asal senag. Senag dibagi menjadi dua yaitu: senang kepada yang baik dan senang kepada yang jelek. Kalau senag pada yang baik mari kita lakukan, nanum senang kepada yang jelek mari kita tinggalkan. 

Jadi secara garis besar ajaran saminisme di wilayah margomulyo kabupaten bojonegoro dimulai dari Surosentiko samin yang memiliki julukan {R. kohar / Samin anom}memiliki Putri yang bernama paniyah dinikahkan dengan Suro Kidin dan mempunyai 9 putra. Salah satu putranya bernama Surokarto Kamidin yang biasa di panggil Kamidin. Ki Suro Kamidin mempunyai 4 anak salah satunya bernama Harjo Kardi. 
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Caheastboys | dspenganten | caheastboys | donieastboys | caheastboys
Copyright © 2011. desa penganten - All Rights Reserved
Template Created by dspenganten Modify by caheastboys.blogspot.Com
Proudly powered by Blogger