Bukan Kata Tanpa Makna Berdaya dan Berguna Adalah Harapan Nyata

wisata kayangan api kota bojonegoro

Kamis, 07 Maret 20130 komentar

Salah satu potensi alam yang dimiliki oleh bojonegoro adalah wisata kayangan api berada di 25 kilometer dari pusat kota bojonegoro tepatnya berada dikawasan hutan lindung desa sendangharjo kecamatan ngasem, kayangan api adalah salah satu obyek wisata yang sangat sakral buktinya masih banyak orang yang datang melaksanakan ritual agar dirinya menjadi sukses.
sumber api yang tak pernah padam menjadikan tempat ini sangat istimewa dan menakjubkan bagi wisatawan, bahkan setiap orang yang menjabat kekuasaan tertinggi di kota bojonegoro harus bisa menjinakkan nyala api di sumber api abadi maksutnya tidak langsung mematikan apinya. Tapi, lebih diartikan sebagai gerakan menyatukan keinginan masyarakat yang dari waktu ke waktu terus berkembang dan beragam aspirasinya. Namun, sesungguhnya hanya satu kata yang diinginkan: jangan pernah berbohong dan mebohongi diri sendiri.
“Orang boleh mempercayainya atau tidak. Tapi, coba renungkan bagaimana sikap para bupati pendahulu kita, ketika era kerajaan dulu. Siapa yang waspada dan hati-hati, niscaya akan menggapai kemakmuran bersama,” tutur Mbah Rujito, yang setiap hari malam pon kerap terlihat duduk bersila di dekat perapian sumber api abadi Kayangan Api.
Sejarah Kayangan api, konon, adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pande yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Ada bukti historis yang penting yang menguatkan kahyangan api dengan ditemukannnya 17 lempeng tembaga yang berangka 1223 / 1301 Masehi.
Sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang. Dan menurut kepercayaan masyarakat setempat, dikubangan itulah Mbah Pande, melakukan aktivitas membuat alat-alat perang hingga alat pertanian. Masyarakat sekitar menganggap keberadaan api abadi tersebut keramat hingga harus melakukan ritual jika, hendak mengambil api tersebut.
Menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan gending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono penembang lagu jawa, tidak boleh ditemani oleh siapapun.
Dan pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jum’at Pahing banyak orang berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat pusaka. Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa.
Sekarang Kayangan api tidak hanya milik Bojonegoro saja tetapi telah menjadi milik bangsa Indonesia karena tempat wisata tersebut tidak hanya menarik perhatian wisatawan lokal tapi menarik wisatawan asing juga, karena merupakan sumber api terbesar di Asia Tenggara.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Caheastboys | dspenganten | caheastboys | donieastboys | caheastboys
Copyright © 2011. desa penganten - All Rights Reserved
Template Created by dspenganten Modify by caheastboys.blogspot.Com
Proudly powered by Blogger